Kamis, 19 Maret 2009

ACARA I
DAYA KECAMBAH DAN INDEKS VIGOR


I. PENDAHULUAN

Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir yanga menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan dormansinya.
Daya kecambah (viabilitas) dan vigor benih dapat menjadi informasi penting untuk mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal. Untuk mengetahui daya kecambah suatui benih, dapat dihitung manggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah benih yang berkecambah selama 7 hari x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan

Kecepatan benih dalam berkecambah menjadi metode yang umum digunakan untuk mengekspresikan vigor bibit. Kecepatan kecambah dapat dinyatakan dengan indeks vigor yang mengekspresikan jumlah benih yang berkecambah pada in terval satu hari setelah dikecambahkan. Vigor indeks yang dimaksud adalah sebagai berikut :

V.I. = G1/D1 + G2/D2 + G3/D3 +G4/D4 +……..Gn/Dn

Keterangan :
V.I. : Vigor indeks
G : Jumlah kecambah pada hari tertentu
D : Waktu yang berkoresponden dengan jumlah itu


C.V. = 100( A1 + A2 +………………An)
A1T1 + A2T2 + …………..AnTn

Keterangan :
C.V. : Coefisien vigor
A : Jumlah benih yang berkecambah pada waktu tertentu
T : Waktu yang berkoresponden dengan A
























II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. (Kuswanto, 1997).
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. (Sutopo, 1984). Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. (Kartasapoetra,1986)
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984)
Kelangsungan daya hidup benih (viabilitas) dapat ditunjukkan oleh daya kecambah (germination capacity) dan kekuatan tumbuh benih (vigor). Daya kecambah dan vigor memberikan informasi tentang kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi optimal dan suboptimal




III. TUJUAN

Membiasakan menggunakan konsep metematis vigor benih

IV. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan : -Benih kangkung darat
-kacang merah.

2. Alat : -Petridish,
-kertas filter


V. HASIL PRAKTIKUM

1. Hasil pengamatan

No Perlakuan Hari pengamatan Jumlah benih tumbuh
1 2 3 4 5 6
1 Kontrol a 5 7 10 9 - - 31
2 Kontrol b 6 26 14 3 1 - 50
Jumlah 77

2. Data perhitungan

Ø Daya kecambah :
Kontrol a. = 31/50 x 100% = 62%
Kontrol b. = 49/50 x 100% = 92%

Ø Vigor indeks :
V1 = 5/1 + 7/2 + 10/3 + 9/4 = 14,1
V2 = 6/1 + 26/2 + 14/3 + 3/4 + 1/5 = 28,6

Ø Koefisien vigor :
-Kontrol a. = 100(5 + 7 + 10 + 9)
5.1 + 7.2 + 10.3 + 9.4

= 3100 = 36,5
85


-Kontrol b. = 100(6 + 26 + 14 + 3 + 1) = 50 = 0,28
6.1 + 26.2 + 14.3 + 3.4 + 1.5 181


VI. PEMBAHASAN

Hasil praktikum Daya Kecambah dan Indeks Vigor, dengan perlakuan pemberian air dingin pada benih, telah diperoleh data untuk kontrol a sebesar 62%, sedangkan pada control b sebesar 92%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa benih pada control a memiliki daya berkecambah yang rendah, untuk benih pada control b memiliki daya kecambah yang baik. Pada dasarnya, benih yang memiliki kualitas baik salah satunya adalah memiliki daya kecambah minimal 85%.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur vigor adalah metode yang berdasarkan pengukuran yang berhubungan dengan daya kecambah (Justice dan Louis, 1990). Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984).
Perbedaan hasil tersebut diatas, seperti rendahnya vigor bisa disebabkan oleh beberapa hal (Heydecker, 1972), yaitu :
1. Genetis:
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2. Fisiologis:
Keadaan fisiologis dari benih yang dapat menyebabkan rendahnya vigor adalah “immaturity” atau kekurangmasakan benih pada saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan.
3. Morfologis:
Dalam suatu kultivar biasanya terjadi peristiwa bahwa benih-benih yang lebih kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar.
4. Sitologis:
Kemunduran benih yang disebabkan antara lain oleh aberasi khromosome.
5. Mekanis:
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih baik pada saat panen, prossesing ataupun penyimpanan, sering pula mengakibatkan rendahnya vigor pada benih.
6. Mikrobia:
Pada kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat ataupun pada kondisi lapangan yang memungkinkan berkembangnya patogen-patogen tersebut. Hal ini akan mengakibatkan penurunan vigor benih.
Hasil perhitungan koefisien vigor, juga menunjukkan benih baru akan memberikan hasil yang lebih baik daripada benih lama. padi baru akan memiliki sifat-sifat yang lebih baik dari pada benih lama. Dalam penyimpann, benih tetap




















DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, S.S., 1979. Pengantar Agronomi. Garmedia, Jakarta.

Kamil, J., 1984. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Bandung.

Kartasapoetra, dkk., 1992. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta, Jakarta.

Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI, Yogyakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers, Jakarta






















ACARA II
SKLARIFIKASI BENIH

I. PENDAHULUAN

Benih adalah simbol dari suatu permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan dalam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanamn. Dan benih juga merupakan alat untuk menyebarkan kehidupan baru dari suatu tempat ke tempat lain dengan kekuatannya atau manusia dari suatu tumbuhan (Kamil, 1979).
Terdapat beberapa macam benih yang tidak dapat berkecambah meskipun telah diberikan perlakuan yang cukup. Benih yang demikian masih berada dalam keadaan dormansi. Dormansi dapat dikatakan sebagai masa istirahat atau keadaan benih pada fase istirahat akan tetapi tetap masih melangsungkan proses metabolisme seperti respirasi. Faktor yang dapat mempengaruhi keadaan dormansi, salah satunya adalah kekerasan kulit pada biji yang menyebabakan air dan udara sukar untuk masuk ke dalam benih.
Macam dormansi ada yang pendek, sedang, panjang/lama. Dormansi pada benih dapat dipecahkan melalui beberapa cara, antara lain :
Ø Perendaman dengan air panas
Ø Pemberian asam sulfat ( H2SO4 )

II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak dapat berkecambah walaupun diletakan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 1988).
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme. (Kamil, 1986)
Terdapat beberapa tipe dormansi antara lain :
1. Dormansi fisik, yang dibedakan lagi menjadi :
a. Impermeabelitas kulit biji terhadap air. Hal ini disebabkan benih mempunyai kulit biji yang keras.
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio. Dormansi disebabkan kulit bijinya yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan dari embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas.
2. Dormansi fisiologis
a. Immaturity embrio. Dormansi ini disebabkan karena perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya.
b. After ripening. Dormansi disebabkan karena benih memerlukan jangka waktu simpan tertentu untuk berkecambah sehingga perlu waktu lama untuk berkecambah.
c. Dormansi sekunder. Dormansi ini disebabkan karena benih berada pada kondisi dimana terdapat persyaratan perkecambahan yang tidak terpenuhi.
d. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Beberapa spesies tanaman, penyimpanan dapat mempengaruhi dormansi. Dormansi pada beberapa spesies tanaman dapat menghilang, bila disimpan selama beberapa bulan pada kondisi suhu dan kelembaban nisbi lingkungan terkendali (Justice dan Bass, 1990). Namun seringkali kita membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk menghilangkan dormansi agar benih dapat segera dikecambahkan. Menurut Sutopo (1998), Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan dormansi antara lain :
1. Perlakuan mekanis
Perlakuan mekanis umum digunakan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabel kulit biji baik terhadap air maupun gas. Cara ini terdiri dari skarifikasi (mengikir, melubangi kulit biji dengan pisau) dan pemberian tekanan.
2. Perlakuan kimia
Perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti larutan H2SO4 pekat atau larutan HNO3 pekat.
3. Perlakuan perendaman dengan air panas.
4. Perlakuan dengan temperatur tertentu.
5. Perlakuan cahaya

III. TUJUAN
Menunjukkan kekerasan benih yang ada di deaerah tropika dan bagaimana cara perlakuan sklarifikasi dilakukan.

IV. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan : Benih kacang merah, air panas, asam sulfat.
2. Alat : Wadah/bekker glass, petridish, pengaduk, kertas filter.

V. HASIL PRAKTIKUM
No Perlakuan Hari pengamatan Jumlah benih tumbuh
1 2 3 4 5
1 H2SO4 2m 7 11 1 10 -
2 H2SO4 5m 3 15 9 6 -
3 Air panas 5m 2 10 23 15 -
4 Air panas 10m 1 18 7 12 -
5 Kontrol a 5 7 10 9 -
6 Kontrol b 6 26 14 3 -





VII. PEMBAHASAN

Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih-benih dari famili Leguminosae. (Sutopo,1984)
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme. (Kamil, 1986).
Hasil praktikum menunjukan bahwa perlakuan skarifikasi biji dengan air panas berpengaruh san









DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, S.S., 1979. Pengantar Agronomi. Garmedia, Jakarta.

Kamil, J., 1984. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Bandung.

Kartasapoetra, dkk., 1992. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta, Jakarta.

Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI, Yogyakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers, Jakarta.






















ACARA IV

PERKECAMBAHAN PADA LINGKUNGAN SUB OPTIMAL

I. PENDAHULUAN

Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan kebutuhan akan bahan pangan menuntut dilakukannya perluasan lahan pertanian. Tetapi sekarang ini banyak lahan pertanian yang beralih fungsi. Oleh karena itu, perluasan lahan pertanian harus dialihkan pada lahan-lahan yang bermasalah atau lingkungan sub optimal. Salah satu lahan yang termasuk dalam lahan bermasalah adalah lahan pasang surut. Permasalahan pada lahan ini adalah adanya kandungan garam NaCl yang cukup tinggi di dalam tanahnya.
Kandungan garam yang cukup tinggi pada suatu media akan menghambat perkecambahan benih. Hal tersebut berkaitan dengan penyerapan air yang sangat dibutuhkan dalam perkecambahan. Tanpa adanya air maka perkecambahan tidak dapat berlangsung karena air merupakan pelarut dan pereaksi.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila di tanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas benih, masing-masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub-optimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin-sodik. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Konsentrasi NaCl yang terlalu pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik (Sadjad, 1999).
Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman (Follet et al., 1981 dalam Sipayung, 2003). Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah.
Keadaan lingkngan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan-perbedan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Disamping itu kecepataan tumbuh benih dapat menjadi pula petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh.

III. TUJUAN

Mempelajari pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan serapan air oleh benih
IV. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan : Benih kacang merah, garam dapur, aquades.
2. Alat : Petridish, kertas merang/filter, bekker glass, timbangan.

V. HASIL PRAKTIKUM

No Perlakuan Hari pengamatan Jumlah benih tumbuh
1 2 3 4 5
1 NaCL 500 - 4 6 16 - 26
2 NaCL 1000 - 4 - 5 - 9
3 NaCL 1500 - - 1 2 - 3
4 Kontrol a 5 7 10 9 - 31
5 Kontrol b 6 26 14 3 - 49

VI. PEMBAHASAN
Pada keadaan faktor lain, penyerapan atau imbibisi air oleh biji akan lebih cepat pada biji yang ditempatkan di dalam air murni dari pada biji di dalam larutan (solution). Faktor yang mempengaruhi dan memegang peranan masuknya air kedalam biji dalam hal konsentrasi ini ialah tekanan difusi air (diffusion Pressure of water). Bertambah besar tekanan difusi (diffusion Pressure Gradient) antara cairan diluar dan di dalam biji, bertambah cepat penyerapan air oleh biji.
Jadi biji menyerap air lebih lambat pada tanah kering atau tanah basa tidak hanya mengurangi air yang tersedia, tetapi karena tekanan difusi air pada tanah tersebut menjadi rendah ketika tanah menjadi kering dan salinity naik (konsentrasi air turun). Benih kacang merah yang ditempatkan pada larutan kontrol dan larutan garam NaCl dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu 500, 1000, 1500 mg/l air. Diketahui dari hasil pengamatan selama 6 hari daya kecambah dengan menggunakan air biasa (kontrol) lebih besar/cepat dibandingkan dengan daya kecambah perlakuan larutan garam NaCl. Sedangkan pada perlakuan diperoleh, bahwa semakin besar konsentrasi larutan garam (NaCl) maka semakin kecil air yang diserap oleh biji sehingga daya kecambahnya juga kecil, atau sebaliknya.
Benih kacang merah pada perlakuan 1000mg NaCl/l air penyerapan air dan daya kecambah lebih besar, pada 500 dan 2000mg NaCl/l air penyerapan dengan daya kecambah kecil.
Kecilnya air yang diserap dan daya kecambah suatu benih, dapat diakibatkan tidak adanya penyerapan pada benih bahkan kemungkinan air dalam benih keluar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu berdasarkan peningkatan tekanan hidrostatik. Kecepatan penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih dahilu oleh benih. Jadi, kecepatan penyerapan pada permulaan tinggi dan kemudian melambat sejalan dengan naiknya tekanan hidrostatik sampai tercapai keseimbangan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

halo akmal
mau nanya n tiolong segera dibalas,
nilai persentase kecepatan tumbuh dinyatakan besar atau tingi berapa persen ya ???
n nilai persentase kesrempakan tumbuh dinyatakan besar atau tingi berapa persen ya ?
50%atau 80% atau 90% atau berapa mhon dibalas sblumnya terima kasih banyak

mhon dibalas email saya
marolmarol58@yahoo.com