64 Agrosains Volume 2 No 2, 2000
PENGARUH DOSIS UREA TABLET DAN JARAK TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI
KULTIVAR SINDORO
The Enfluence of Tablet Urea Dose and Plant Spacing on Growth and
Yield of Soybean Sindoro Cultivar
Supriono
1)
ABSTRACT
The
1) Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret, Surakarta
aim of this research was request : What was Nitrogen utilization with recommended
dosage to produce maximum yield ? What was plant spacing with recommended to
produce maximum yield ? What was both treatment get interaction ?
The main idea of this research was soybean important to source protein. Extensification to margin
area was important because by utilization production land by another sectors. Soybean technic culture
on margin area, especially acid soil important to know.
This research conducted on Sukosari, Jumantono, Karanganyar, Central Java, on latosol soil.
Research by factorial 4x3, repeated 3 times, was start on September 1997 and finished on January
1998. The first factor was plant spacing with J1 = 10cm x 20cm, J2 = 20cm x 20 cm dan J3 = 30cm x
20cm. The second factor was Nitrogen dosage with N1 = without urea, N2 = 100 kgN/ha, N3 = 150
kgN/ha, N4 = 200 kgN/ha. Every treatment and replication was 1,2m x 1,4m.
The result of this research was : The first, N utilization 100 kg/ha was increased on plant height,
pod number per plant, seed yield per plant, fresh weight and seed yield per plot. The second, the low
plant spacing was decreases weight per plant, but increased fresh weight per plot and seed yield per
plot. The 3rd, both factors no interaction on this reesearch.
Secara nasional telah dicanagkan Gema Palagung
2001. Namun penggunaan benih bersertifikat
untuk kedelai ternyata baru mencapai ½% (Wibowo,
1999). Disamping benih, upaya peningkatan
hasil juga meliputi perluasan areal dan intensifikasi
pertanian. Perluasan areal telah mengarah pada
lahan-lahan bermasalah (Utomo, 1990).
Kemasaman tanah merupakan salah satu
kendala dalam meningkatkan produksi pertanian.
PENDAHULUAN
Di Indonesia terdapat 55,6 juta Ha tanah mineral
masam dengan tingkat kesuburan yang rendah
sampai sangat rendah, termasuk tanah latosol yang
memiliki luas penyebaran sekitar 17,16 Ha (Soepardi,
1983).
Menurut Whigham (1983), kedelai dapat
dimakan dalam bentuk segar, difermentasi atau
digoreng. Kadang kedelai juga digunakan untuk
obat tradisional, minyaknya juga dapat diekstrak
Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam ..... (Supriono) 65
untuk pangan dan kepentingan industri. Langkah
komersial pertama yang telah dilakukan adalah dengan
mengekstrak minyak pada tahun 1929. Setelah
diekstrak, ampas kedelai mengandung 40-50%
protein yang merupakan komponen bernilai untuk
pakan ternak (Probs and Judd, 1973 cit. Whigham
1983). Sekarang sekitar 90% minyak kedelai diproduksi
dan digunakan untuk pangan dan sekitar
10% digunakan untuk industri.
Komponen utama biji kedelai tua adalah
protein dan minyak. Keduanya berkorelasi negatif.
Kadar minyak antara 15-25% dan protein 35-
45%. Faktor lingkungan berpengaruh pada komposisi
kimia biji. Pemulia tanaman kedelai telah mengembangkan
kultivar kedelai yang menguntungkan
dipandang dari kualitas dan kuantitas minyak dan
proteinnya.
Kedelai merupakan tanaman C3 yang dikenal
sebagai tanaman didalam fisiologinya terjadi
proses fotorespirasi. Fotorepirasi, dijabarkan sebagai
proses yang tidak efisien dalam metabolisme
C. Ketika komposisi kimia biji kedelai terbentuk,
biaya untuk fotosintat untuk biji kedelai adalah 2,2
g/g biji (Brun,1978 cit. Whigham, 1983). Tanaman
serealia normal rata-rata 1,3-1,4 dan kacang-kacangan
yang lain kira-kira 1,5 g/g biji. Biaya fotosintesis
untuk biji kedelai sama dengan tanaman
minyak yang lain seperti bunga matahari, kapas,
kacang tanah dan sesame.
Rata-rata fotosintesis daun pada bagian atas
kanopi di bawah kondisi normal sekitar 20 mg
CO2/dm2/jam. Rata-rata fotosintesis di daun tengah
dan bawah kanopi lebih rendah (Johnstone
et al., 1969 cit. Whigham, 1983). Dengan intensitas
sinar yang tinggi, rata-rata fotosintesis 65 mg
CO2/dm2/jam (Beuerlein dan Pendleton, 1971
cit. Whigham, 1983).
Asimilasi nitrogen terselenggara oleh 2 sistem.
Pertama fiksasi N. Perbedaan kacang-kacangan
adalah karena dapat mengasimilasi N dalam
bintil akar akibat bersimbiosis antara sel-sel
akar kedelai dengan Rhizobium japonicum. N2
diabsorbsi dari atmosfer tanah dan direduksi dalam
bintil menggunakan energi pemecahan hasil fotosintesis
yang ditransport dari daun. N reduksi ditransport
ke sink (tempat penyimpanan). Sehubungan
dengan itu maka tidak banyak menggunakan N
yang diberikan setelah tanaman berumur 3-4 minggu.
Fiksasi N maksimum terjadi selama perkembangan
awal biji atau polong (Brun, 1978 cit.
Whigham, 1983). Kontribusi sistem fiksasi N pada
total N yang digunakan kedelai antara 25-75%.
Kedua, nitrat reduktase. Di luar asimilasi N sebagai
kacang-kacangan, sistem nitrat reduktase diberikan
sama seperti pada tanaman yang lain. N diserap
akar dan ditransport ke daun, yang kemudian
direduksi menjadi N amino. N Amino dikombinasi
menjadi berbagai bentuk asam amino. Bahan tersebut
kemudian dikombinasikan menjadi protein dalam
daun atau tempat penyimpanan yang lain (Brun,
1978 cit. Whigham, 1983 ). Asimilasi N oleh sistem
nitrat reduktase berkembang hingga maksimum
saat pembungaan penuh dan menurun setelah
penuaan.
Sistem asimilasi N saling melengkapi karena
pada saat yang berbeda selama perkembangan tanaman.
Pada awal siklus hidup kedelai, sistem nitrat
reduktase penting untuk memberikan N pada awal
perkembangan yang baik, namun terlalu banyak
N dari sistem nitrat reduktase atau pupuk N tidak
baik bagi fiksasi nitrogen. Produksi kedelai lebih
murah dengan hanya menggunakan satu sistem asimilasi
N, dibanding bila kedua sistem diaktifkan
(Deibert et al., 1979 cit. Whigham, 1983).
Komponen hasil berhubungan dengan hasil
biji kedelai yang bervariasi tergantung stres lingkungan.
Beberapa komponen berinteraksi dan berkompensasi
antara satu dengan yang lain. Kemampuan
kedelai beradaptasi luas menyebabkan hasil
yang relatif stabil pada lahan pengelolaan. Komponen
hasil penting antara lain jumlah tanaman per
hektar, jumlah buku per tanaman, jumlah polong
per buku, jumlah biji per polong dan berat per biji.
Hasil biji maksimum dilaporkan mulai dari
populasi 200.000 tanaman /Ha hingga 600.000
tanaman/Ha. Mereka mencampuri laporan tentang
respon hasil kedelai dari populasi tanaman ini. Dengan
pengelolaan optimum, hasil biji biasanya meningkat
pada populasi tanaman yang meningkat
dalam kisaran tersebut. Populasi rendah biasanya
66 Agrosains Volume 2 No 2, 2000
menghasilkan peningkatan cabang dan peningkatan
buku yang berubah per tanaman. Pada tingkat
populasi rendah, hasil menurun disebabkan karena
kurangnya jumlah tanaman, namun pada populasi
tinggi hasil menurun karena kompetisi yang ekstrim
antara tanaman. Peningkatan populasi tanaman
atau kerapatan akan menyebabkan tanaman lebih
panjang dan polong paling bawah juga memanjang.
Peningkatan kerapatan berpengaruh pada jumlah
buku per tanaman, jumlah biji per tanaman dan
ukuran biji. Pengaruh peningkatan populasi menyebabkan
tanaman memanjang, menghasilkan
batang lunak dan memudahkan tanaman roboh.
Akibat roboh adalah hasil fotosintat rendah, kualitas
biji rendah dan sulit dipanen ( Shroyer, 1980
cit. Whigham, 1983 ).
Kedelai, kacang tanah dan kacang hijau merupakan
tanaman kacang-kacangan pokok yang
ditanam di Indonesia. Namun, secara tradisional
tanaman kacang-kacangan dianggap sebagai tanaman
sampingan yang ditanam di luar musim atau
pun pada lahan marginal, sehingga adopsi teknologi
baru untuk kacang-kacangan lebih lambat dibanding
padi (Sumarno, et al., 1990).
Nitrogen diambil tanaman dalam bentuk
amonium dan nitrat (Sarief, 1985). Jumlah senyawa
nitrogen pada jaringan muda lebih banyak dari
pada jaringan tua (Nurhayati, et al., 1986).
Tanaman kedelai (Glicine max.) merupakan
sumber protein yang besar artinya untuk kesehatan
dan perkembangan manusia terutama bagi negaranegara
yang konsumsi protein hewaninya masih
rendah (Samsudin dan Djakamiharja, 1980).
Penentuan jarak tanaman tergantung pada
daya tumbuh benih, keuburan tanah, musim dan
varietas yang ditanam. Benih yang daya tumbuhnya
agak rendah perlu ditanam dengan jarak tanam
yang lebih rapat. Pada tanah yang subur, jarak tanam
yang agak renggang lebih menguntungkan.
Varietas yang banyak bercabang seperti Wilis, jarak
tanam yang lebih renggang akan menyebabkan hasil
lebih baik. Pada tanah yang tandus atau varietas
yang batangnya tidak bercabang, lebih sesuai digunakan
dengan jarak tanam yang agak rapat. Pertanaman
pad musim kemarau yang diperkirakan akan
kekurangan air, perlu ditanam pada jarak tanam
yang lebih rapat.
Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat
antara lain : (a) sebagai benih yang tidak tumbuh
atau tanaman muda yang mati dapat terkompensasi,
sehingga tanaman tidak terlalu jarang, (b) permukaan
tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan
gulma dapat ditekan, dan (c) jumlah tanaman
yang tinggi diharapkan dapat memberikan
hasil yang tinggi pula.
Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat
mempunyai beberapa kerugian yakni : (a) polong
per tanaman menjadi sangat berkurang, sehingga
hasil per hektarnya menjadi rendah, (b) ruas batang
tumbuh lebih panjang sehingga tanaman kurang
kokoh dan mudah roboh, (c) benih yang dibutuhkan
lebih banyak dan (d) penyiangan sukar dilakukan
(Suprapto, 1988).
BAHAN DAN METODE
Penelitian kuantitatif ini merupakan penelitian
lapangan yang dilakukan terhadap tanaman kedelai,
dengan pola perancangan 2 arah yang diulang
3 kali. Faktor pertama adalah jarak tanam
yang terdiri atas 3 taraf dan faktor kedua dosis
pupuk Urea yang terdiri atas 4 taraf.
Populasi tanaman diatur dalam petak berukuran
1,2 m x 1,4 m dengan jumlah tanaman per
petak 84, 42 dan 28. Untuk pengamatan komponen
pertumbuhan menggunakan sampel sebanyak
10 tanaman di setiap petak.
Penelitian ini diselenggarakan pada lahan kering
Fakultas Pertanian UNS di Jumantono dan
dilanjutkan di Lab. Produksi Tanaman FP UNS.
Penelitian dengan Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RCBD) 2 faktor disusun secara Faktorial
dan diulang 3 kali. Perlakuan yang dicobakan
sebagai variabel bebas adalah sebagai berikut.
Faktor Jarak tanam (J) terdiri 3 tingkat : J1
= 10 cm x 20 cm, J2= 20 cm x 20 cm, J3= 30 cm
x 20 cm. Faktor dosis pupuk Urea (N) terdiri atas
4 taraf : N1 = tanpa pupuk, N2 = pupuk Urea
dosis rendah (100 kg/Ha), N3 = pupuk Urea dosis
sedang (150 kg/Ha), N4 = pupuk Urea dosis tinggi
(200 kg/Ha).
Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam ..... (Supriono) 67
Adapun hal yang diamati terdiri atas variabel
tidak bebas meliputi komponen pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai. Komponen yang dimaksud
adalah tinggi tanaman, berat per tanaman, jumlah
cabang per tanaman, jumlah polong per tanaman,
jumlah biji per tanaman, berat biji per tanaman,
jumlah tanaman hidup per petak, berat tanaman
segar per petak, berat hasil biji per petak dan berat
1000 biji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tinggi Tanaman
Ternyata penggunaan pupuk nitrogen dalam
dosis rendah pada penelitian ini telah mampu meningkatkan
tinggi tanaman kedelai tahan asam kultivar
sindoro secara nyata. Penambahan tinggi tanaman
tersebut disebabkan karena tanaman yang
subur ataukah karena etiolasi, perlu dilihat pada
Tabel 1 : Tinggi tanaman kedelai pada berbagai perlakuan (cm)
Perlakuan N/J Rapat Sedang Renggang Rerata N
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
36,13
45,37
43,87
46,23
42,90
34,87
53,90
47,87
39,89
44,12
39,00
43,90
40,53
45,17
42,15
36,67b
47,72a
44,09ab
43,74ab
43,06
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
komponen pertumbuhan yang lain. Perbedaan jarak
tanam yang dicobakan mulai dari renggang,
sedang hingga rapat ternyata belum mampu mengubah
tinggi tanaman secara nyata.
2. Berat Per Tanaman
Ternyata jarak tanam renggang dan sedang
mampu meningkatkan berat per tanaman secara
nyata, pemberian pupuk nitrogen cenderung me-
Tabel 2 : Berat tanaman kedelai pada berbagai perlakuan (g).
Perlakuan N/J Rapat Sedang Renggang Rerata N
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
12,77
4,33
4,17
4,90
4,0 ab
3,93
8,40
7,87
5,33
6,38 a
6,00
7,63
5,47
7,60
6,68 a
4,23
6,79
5,83
5,94
5,70
3. Jumlah Cabang
Ternyata reratanyapun terlihat bahwa perbedaan
dosis urea baik dosis rendah, sedang maupun tinggi
nyebabkan berat per tanaman lebih tinggi.
Tabel 3 : Jumlah cabang kedelai pada berbagai perlakuan.
Perlakuan N/J Rapat Sedang Renggang Rerata N
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
1,31
1,84
1,36
1,54
1,51
1,37
1,47
1,07
1,33
1,31
1,10
2,13
1,63
1,37
1,56
1,47
1,93
1,37
1,93
1,68
relatif kecil pengaruhnya terhadap jumlah cabang per
tanaman. Dengan kata lain, pemberian urea baik dosis
68 Agrosains Volume 2 No 2, 2000
rendah, sedang maupun tinggi tidak mengubah cabang
ubi kayu secara nyata. Meskipun tidak nyata ada
kecenderungan bahwa semakin renggang jarak tanam,
Seperti halnya tinggi tanaman, ternyata pemberian
pupuk nitrogen pada dosis rendahpun telah mapu
meningkatkan jumlah polong per tanaman secara nyata.
Sebagaimana beberapa komponen pertumbuhan yang
4. Jumlah Polong Per Tanaman
Tabel 4 : Jumlah polong per tanaman pada berbagai perlakuan.
Perlakuan N/J Rapat Sedang Renggang Rerata N
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
3,53
6,43
3,80
4,00
4,44
1,53
10,20
6,03
6,00
5,94
5,93
5,93
6,07
3,70
5,41
3,67b
7,52a
5,30ab
4,57b
5,26
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
lain, perbedaan jarak tanam belum mampu meningkatkan
jumlah polong per tanaman secara nyata.
5. Berat Hasil Biji Per Tanaman
Perlakuan N/J Rapat Sedang Renggang Rerata N
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
Pemberian pupuk nitrogen dalam dosis rendahpun,
ternyata telah meningkatkan hasil biji per
tanaman secara nyata. Memang ada kecenderungan
dengan meranggangnya jarak tanam meningkat-
Tabel 5 : Berat hasil biji per tanaman pada berbagai perlakuan (g).
0,70
0,87
0,60
0,70
0,72
0,40
2,07
1,20
1,18
1,18
0,80
1,60
1,20
1,16
1,16
0,63b
1,51a
1,00ab
1,02
1,02
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
kan hasil biji per tanaman, namun ternyata hal ini
tidak didukung hasil analisis.
6. Jumlah Biji Per Tanaman
Tabel 6 : Jumlah biji per tanaman antar berbagai perlakuan.
Perlakuan N/J Rapat Sedang Renggang Rerata N
7,07
8,50
8,30
8,13
8,00
5,43
17,07
10,37
12,17
11,26
9,30
13,13
12,27
12,47
11,79
7,27
12,90
10,31
10,92
10,35
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
semakin meningkatkan jumlah cabang per tanaman.
Agak berbeda dengan berbagai variabel
terdahulu, ternyata pemberian pupuk nitrogen dalam
dosis rendah hingga tinggi belum mampu meningkatkan
jumlah biji per tanaman secara nyata.
Namun memang ada kecenderungan bahwa pemberian
urea terlihat menyebabkan jumlah biji per
Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam ..... (Supriono) 69
tanaman lebih tinggi, namun ternyata hal ini tidak
didukung oleh hasil analisis. Demikian pula halnya
dengan jarak tanam. Ada kecenderungan bahwa
semakin renggang jarak tanam, jumlah biji per tanaman
menjadi lebih tinggi. Namun hal tersebut
ternyata juga tidak didukung oleh hasil analisis.
7. Jumlah Tanaman Per Petak
Meskipun tidak nyata, pemeberian pupuk nitrogen
terlihat menyebabkan jumlah tanaman per
petak lebih tinggi. Namun kemungkinan berkurangnya
persentase kematian di lapangan akibat pemberian
urea ini ternyata tidak didukung oleh hasil anali-
Tabel 7 : Jumlah tanaman per petak antar berbagai perlakuan.
Perlakuan N/J
Perlakuan N/J
Perlakuan N/J
Rapat
Rapat
Rapat
Sedang
Sedang
Sedang
Renggang
Renggang
Renggang
Rerata N
Rerata N
Rerata N
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
98,7
112,7
112,7
110,0
108,5a
63,3
74,0
73,3
72,7
70,8b
38,0
56,7
50,0
44,7
47,3c
66,7
81,1
78,7
75,8
75,6
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
sis. Sesuai dengan jarak tanam yang digunakan, semakin
renggang jarak tanam menyebabkan jumlah
tanaman per petak percobaan juga semakin rendah.
8. Berat Segar Tanaman Per Petak
berat segar tanaman per petak lebih tinggi dibanding
jarak tanam yang renggang. Antara jarak tanam rapat
dan sedang tidak menghasilkan perbedaan terhadap
berat segar tanaman per petak.
Penggunaan pupuk nitrogen baik dengan dosis
rendah, sedang maupun tinggi ternyata meningkatkan
berat segar tanaman secara nyata. Antara
dosis rendah, sedang dan tinggi tidak menghasilkan
perbedaan pada berat segar tanamn per petak. Jarak
tanam rapat dan sedang ternyata mengasilkan
Tabel 8 : Jumlah tanaman per petak antar berbagai perlakuan.
190,0
340,0
301,1
180,0
301,9a
133,3
328,3
253,3
255,0
242,5a
83,3
189,0
170,0
188,3
157,7b
135,6b
285,8a
241,7a
274,4a
234,4
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
9. Hasil Biji Per Petak
Tabel 9 : Hasil biji per petak antar berbagai perlakuan (g).
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
30,0
69,0
51,3
42,7
48,3a
16,7
69,3
30,7
39,7
39,1 ab
19,0
40,0
34,3
22,7
29,0 b
21,9b
59,4a
38,8b
35,0b
38,8
70 Agrosains Volume 2 No 2, 2000
Perlakuan N/J Rapat Sedang Renggang Rerata N
Kontrol
N rendah
N sedang
N tinggi
Rerata J
Ternyata dosis nitrogen rendah menghasilkan
hasil biji per petak lebih tinggi dibandingkan
tanpa urea dan dosis nitrogen yang lebih
tinggi. Jarak tanam rapat menghasilkan hasil biji
per petak yang lebih tinggi dibanding jarak tanam
yang renggang.
10. Berat 1000 biji
Ternyata penggunaan nitrogen dengan dosis
rendah dan tinggi menurunkan secara nyata berat
1000 biji. Sedangkan penggunaan nitrogen dengan
dosis sedang tidak demikian halnya. Perbedaan
jarak tanam dari renggang, sedang hingga rapat
ternyata juga tidak mengubah berat 1000 biji secara
nyata.
Tabel 10 : Berat 1000 biji antar berbagai perlakuan (g).
10,837
81,600
75,937
83,497
82,967
87,500
78,933
86,170
79,147
82,938
89,410
86,847
89,620
75,887
85,441
89,249a
82,460b
83,909ab
79,510b
83,782
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
11. Pembahasan Hasil
Ternyata pemberian Urea dosis rendah telah
mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah polong
per tanaman, berat hasil biji per tanaman, berat
tanaman segar per petak, hasil biji per petak, namun
menurunkan berat 1000 biji. Kondisi tersebut
terjadi karena pemberian urea dosis rendah mampu
mmacu pertumbuhan awal kedelai melalui mekanisme
konvensional sebagaimana tanaman lain.
Urea dosis tinggi akan menghambat kerja Rhizobium
dalam bersimbiosis dengan kedelai sehingga
justru menurunkan pertumbuhan dan hasilnya.
Tanam rapat yang menyebabkan jumlah tanaman
per petak meningkat akan menurunkan berat
per tanaman, meningkatkan berat tanaman segar
per petak serta hasil biji per petak. Hal tersebut
memberikan indikasi bahwa jarak tanam rapat
yang dicobakan belum melampaui populasi optimumnya.
Kedua faktor perlakuan yang dicobakan
ternyata tidak berinteraksi, sehingga sebenarnya
dua faktor tersebut dapat diuji sendiri-sendiri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian terdahulu dapat ditarik
kesimpulan : (1) Penggunaan pupuk nitrogen dosis
rendah ternyata mampu meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah polong per tanaman, hasil biji per
tanaman, berat tanaman segar dan hasil biji per
petak. (2) Jarak tanam rapat menurunkan berat
per tanaman kedelai, namun mampu meningkatkan
berat tanaman segar per petak dan hasil biji per
petak dibanding jarak tanam renggang. (3) Kedua
faktor yang dicobakan belum terlihat berinteraksi.
Masing-masing faktor berjalan sendiri-sendiri.
Implikasi dari penelitian ini adalah perlu penelitian
lebih lanjut tentang aspek budidaya yang
lain terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai tahan
asam kultivar Sindoro ini. Juga kiranya perlu diteliti
pengaruh pemupukan nitrogen dan jarak tanam pada
kondisi lahan asam dengan jenis tanah yang berbeda
dengan yang dilakukan pada penelitian ini.
Dari hasil penelitian dapat diungkapkan saran:
(1) Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil
yang baik, pada penanaman kedelai tahan asam
kultivar Sindoro perlu dilakukan pemupukan awal
dengan pupuk urea dosis rendah (100 kg/Ha). (2)
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, kedelai
tahan asam kultivar Sindoro dapat ditanam dengan
jarak tanam yang cukup rapat (20cmx20cm).
Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam ..... (Supriono) 71
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati Hakim, M. Nyakpa, AM. Lubis, SE.,
Nugroho, MA., Diha, GB. Hong dan HH.
Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
UNILA.
Samsuddin U., DS Djakamiharja, 1985. Budidaya
Kedelai. Pustaka Buana, Bandung.
Soepardi G., 1974. Sifat dan Ciri Tanah 2. Dept.
Urusan Tanah IPB.
Sumarno, Tatang Sutarman, Soegito, 1990.
Kacang-kacangan Untuk Adaptasi
Lahan Sawah dan Lahan Kering. Balilitan
Malang.
Utomo, S., 1987. Pengaruh Pengapuran
Terhadap Ketersediaan P Pada Tanah
Andosol. FP UGM Yogyakarta.
Whigham, DK., 1983. Soybean. Symposium on
Potential Productivity of Field Crops Under
Different Environments. IRRI Los
Banos : 205-226.
Wibowo, S., 1999. Langkanya Benih, Seretnya
Langkah Gema Palagung. Trubus XXX
No. 30: hal. 15.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar